Friday, October 24, 2008

It's My Life

This ain't a song for the broken hearted
No silent prayer for the faith departed
I ain't gonna be just a face in the crowd
You're gonna hear my voice
When I shout it out loud

( chorus )
It's my life
It's now or never
I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just wanna live while I'm alive
It's my life

This is for the ones who stood their ground
For Tommy and Gina who never backed down
Tomorrow's getting harder make no mistake
Luck ain't even lucky
Got to make your own breaks

( chorus )
It's my live
And it's now or never
I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just want to live while I'm alive
'Cause it's my life

Better stand tall when they're calling you out
Don't bend, don't break, baby, don't back down

( chorus )
It's my life
And it's now or never
'Cause I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just want to live while I'm alive

( chorus )
It's my life
And it's now or never
'Cause I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just want to live while I'm alive
'Cause it's my life

Tuesday, October 21, 2008

Hidup-hidupilah Muhammadiyah

Judul di atas adalah pesan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Lengkapnya, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan hidup dari Muhammadiyah”.

Dalam konteks ke-Indonesiaan, pesan tersebut bisa berbunyi, “Hidup-hidupilah Indonesia, jangan hidup dari Indonesia”. Kita jelas tidak ingin menjadi parasit yang “NU” (nunut urip) di “pohon” bernama Indonesia. Kita semua pasti ingin menjadi “air” yang menyirami pohon Indonesia.

Sebaik-baik air yang menyirami pohon Indonesia adalah:
1. Para pengusaha yang bergerak dalam sektor riil, menciptakan lapangan kerja dan tidak bergantung pada proyek “government spending” pemerintah
2. Para intelektual organik, yang menjalankan metode “observasi partisipatoris”, mengamati realitas sosial dan rela turun dari menara gading untuk hidup bersama mendampingi dan mencerdaskan rakyat. Tapi, mereka tidak tergoda untuk melegitimasi kekuasaan dengan intelektualitasnya.
3. Para ulama dan agamawan yang berpihak pada kepentingan rakyat, senantiasa “membela rakyat”, bukan sekedar “membela Tuhan” (karena “Tuhan tidak perlu dibela”). Para agamawan yang memanfaatkan otoritasnya untuk mencerdaskan dan mencerahkan rakyat, jauh dari memanipulasi ayat suci untuk kursi kekuasaan semata.

Anda sudah mencapai “maqam” tersebut, “menghidupi Indonesia”? atau masih pada level “hidup dari Indonesia” untuk perut dan bawah perut sendiri?