Friday, July 25, 2008

Kemenangan Dakwah?

Menjelang Pemilu 2009, spanduk-spanduk partai pun mulai bertebaran di jalanan. Namun, ada spanduk yang menggugah “rasa keimanan” saya, yaitu spanduk sebuah partai Islam yang mengajak kader dan simpatisannya untuk meraih “kemenangan dakwah 2009”.

Wah, ini baru beda! Baru kali ini ada sebuah “mobil politik” yang menjadikan dakwah sebagai “bensin”-nya supaya lajunya lebih kencang dan (mungkin) diharapkan mendapatkan berkah dan ridho dari Tuhan. Bila sang “mobil politik” tersebut menang dalam pacuan adu cepat Pemilu 2009, maka (mungkin) itulah “kemenangan dakwah”. Namun, celakanya bila sang mobil kalah cepat dengan mobil lainnya, maka (konsekuensinya) itulah “kekalahan dakwah”.

Lho, sejak kapan dakwah yang berfungsi menyeru umat manusia kepada agama Allah dengan “hikmah dan nasihat yang baik” tiba-tiba harus “siap kalah dan siap menang” dalam sebuah drama politik yang bertitel Pemilu 2009. Bukankah tugas dakwah adalah tugas mulia para Rasul, Nabi dan segenap umat yang diperintahkan Tuhan untuk menyeru kepada sesamanya agar menuju kepada jalan Allah. Dan bukankah tugas para dai (pendakwah) hanya menyampaikan atau menyeru? Bukankah Allah sendiri yang sesungguhnya lebih tahu siapa yang sesat dari jalan-Nya dan siapa yang benar serta mendapat hidayah?

Jadi, gampangnya, kalau ada yang tidak mendukung atau mencoblos “partai dakwah” tersebut, maka dia tidak mendukung “dakwah”? Kalau tidak mendukung “dakwah”, berarti sesat dan tidak mendapat hidayah? Olah, hari gini kok masih ada sekelompok orang “kesurupan” yang berani “mengambil alih” hak Tuhan yang paling dasar, yaitu hak Allah untuk “memberi hidayah kepada orang yang Ia kehendaki”?

Jelas, ini fasis! Sudah tahu fasis kan? Fasis adalah sikap atau ideologi yang menganggap dirinya sebagai satu-satunya kebenaran dan keunggulan. Orang lain dan kelompok lain sesat dan tidak unggul. Artefak fasis dalam sejarah adalah Hitler dengan NAZI-nya yang menganggap ras Arya Jerman adalah ras paling benar dan unggul sehingga tanpa segan-segan dia membunuh jutaan manusia hanya karena alasan ras atau identitas.

Rupanya di Indonesia, kini mulai bersemi fasisme relijius yang menganggap segala wahyu Tuhan keluar dari bibir elit-elitnya dan sudah tercantum dalam AD-ART partainya. Pokoke, kitalah sang pemilik kebenaran! Yang lain? Ya, sesat!
Wuih, seram…!! Saya hanya sanggup berdoa semoga rakyat Indonesia punya kejernihan hati untuk melihat kebenaran Tuhan dan tidak terkecoh oleh tipu daya kaum fasis sekalipun yang mengklaim Tuhan ada di belakangnya!